Amazing Love Bersama KH. Yusuf Mansur

Amazing Love Bersama KH. Yusuf Mansur

Beberapa hal yang kemudian saya, dengan teman-teman Pesantren Daarul Qur’an ini mencoba untuk koreksi diri, memperbaiki diri, dari cara kita semua mengayuh hidup dakwah kita di Pendidikan Daarul Qur’an, dan semua unit nya termasuk ilmu bisnis dagangan usaha. Dimana saya sering bilang kepada teman-teman pengurus, saya sering bilang, bahwa ada ga cinta disana? apa the main goals nya? Apa sih kemudian tujuan-tujuan utama nya? ada ga care nya? Kalau sudah begitu judulnya, maka saya nomor satu Istighfar kepada Allah subhanahu wa ta’ala, bahwa saya dalam hal itu mungkin kurang mencintai kalian semua, respect, kurang menghargai, kurang perhatian, sehingga kemudian, hubungan yang dibangun tuh tidak stronger, tidak deeper, tidak kemudian lebih kuat dari dalam, tidak lebih luas, tidak lebih tinggi, garing. Ibarat kata suami istri tidak paham kesukaannya apa sih? Suami senang nya apa istri senang nya apa? Lalu bagaimana mungkin mengayuh rumah tangga, tapi yang satu tidak menghargai yang lain. Saya bilang bagaimana kemudian kita celebrate, selebrasi, membuat perayaan-perayaan, bukan terhadap apa yang kita tidak punya, terhadap apa yang tidak kita capai, belum kita punya, belum kita capai, tapi kita celebrate, kita selebrasi penuh syukur, penuh cita rasa, penuh kegembiraan, senang, justru terhadap apa dan siapa yang kita sudah punya, sudah kita dapatkan, sudah kita lalui, sudah kita jalani. Buat Sebagian orang malah dia bisa menselebrasi kesedihannya, jadi bisa menselebrasi, bisa menghargai dari persoalannya, permasalahannya, buat Sebagian orang dia bisa kemudian mentertawakan dalam keadaan senang, kegagalannya, ini hebat ini, dan hanya orang-orang yang saya kira bersyukur, kemudian juga cerdas, smart ya, yang bisa kemudian melakukan ini, yang mana di tengah-tengah puing-puing rumah nya misalnya, ga tau ketiban pohon kah, dia malah men-celebrate itu, mengundang tetangga kanan kiri depan belakang, kemudian tetangga nya bertanya kenapa kamu mengundang kami buat makan-makan sedangkan rumah kamu hancur gitu. Trus dia bilang lah, saya ingin berterima kasih kepada rumah saya, istri saya juga pengen berterima kasih terhadap rumah kami yang sudah menemani kami belasan tahun dan kami belum pernah mengundang selamatan kalian semua untuk mensyukuri rumah ini bersyukur terhadap rumah ini, Gila kan. Ini kan bukan rumah yang baru, bukan rumah yang akan datang, bukan rumah ke dua, bukan juga ke tiga, tidak, dia menselebrasi yang seharusnya dia jadi sedih, harusnya dia merasa rugi, harusnya dia merasa kurang beruntung, malah tidak beruntung, harusnya dia merasa nestapa, tapi terjadi kemudian dia berhasil. Ini kan gagasan yang hebat sekali, gagasan yang menurut saya sebagai sebuah idea yang bisa jadi kita-kita ini memang manusia yang kering gitu. Coba kita ingat-ingat lagi, ini kajian wajib, kajian ini wajib diikuti karena ini bagaikan arahan buat diri saya, pribadi saya khususnya dan buat temen-temen semua. Kita berusaha menjangkau muslimin-muslimin yang baru, jangkau donatur-donatur yang baru, tapi sudahkah kita, yang masih membersamai kita, tidak meninggalkan, enggan meninggalkan, InsyaaAllah juga belum tapi tidak meninggalkan, kita lupa menata mereka, ya kan? Kemudian teman-teman PPPA, Pesantren dan DBN di seluruh cabang stand by, ayo kita gerak, kenalin yuk, kenalin ekosistem kita, Dan ini bagus sekali materi ini InsyaaAllah, buat semua yang punya temen, buat semua yang punya saham, apalagi yang punya keluarga, punya kerabat, punya saudara, ini sesuatu gitu, yang sesuatu itu sebenernya mungkin gak gede-gede amat, gak gede banget, bukan sesuatu yang besar ya, yang kalo kemudian kita pay attention disitu, kita taro perhatian kita disitu, nanti kita punya kemampuan, punya kuasa, untuk membangun ulang connection kita, hubungan kita antar temen antar sahabat, keluarga, saudara. Kemauan untuk kemudian mengenali satu sama lain, ini akan berpengaruh kepada mungkin kayuhan masa depan. Seberapa pun misalnya kita gak punya tujuan di masa yang akan datang, kemudian dari UMKM ya, lapak-lapak kecil, warung-warung pinggir jalan, warung-warung kelontong, warung-warung di gang, perumahan, sampai usaha-usaha yang mungkin menengah atau besar. Memang ketika kita membesar disitu diperlukan teknologi untuk mengenali, menselebrasi, tapi teknologi juga harus berangkat dari hati, kalo gak jadi garing. Misalnya teknologi mengenali Oh dia ulang tahun, trus sistem langung membuat pic ulang tahun, okey and then kemudian langsung ucapan selamat nya dan blasting. Ruh nya ada ga? Kalo ga ada ruh nya, ini jadi ngeri, jadi garing, kering. Nah dalam tubuh yang makin besar memang harus ada yang mewakili gitu. Bila temen-temen, warga nya terlalu besar, perusahaan nya terlalu banyak, organisasi nya juga terlalu lebar, maka harus ditolong tu dengan layer 2,3,4,5, sampai sel yang kemudian paling deket. Sebutkan saja misalnya kampus, logika nya ya, ya seberapa mampu sih misalkan Rektor menyapa mahasiswa, tapi jangan sampe misalkan menyapa mahasiswa tidak dilakukan oleh dekan misalnya, atau dibawahnya dekan, sebut misalkan dosen, sekretaris jurusan, orang-orang yang berada di manajemen lah. Bagaimana kemudian seorang tukang parkir, OB, yang dia menyapa semua mahasiswa, siapa yang jadi lebih dekat buat dia, siapa yang jadi dekat buat mereka terhadap mereka? Rektor, dekan, kaprodi atau ketua jurusan atau OB, tukang parkir, jangan-jangan kita lebih ga deket daripada tukang parkir kan, sering menyapa, tetap menyapa padahal dia juga ga nampak kita. Dan beliau tau misalkan detail, Wah Mas kalo senin pake yang ijo ya, yang kecil-kecil gitu lho, Itu membuat kemudian ada sesuatu yang lebih deep, lebih dalam gitu, Waduh, jaket nya kalo selasa biru nih, Oh kok tau pak? Kan saya ngeliatin, gitu. Itu akan membuat hubungan ini bisa ditingkatkan kepada hubungan lain yang bukan Cuma parkir motor kemudian pergi. Seorang tukang warung misalnya, ya, seorang tukang warung. Seorang kemudian tukang warung, Tukang warung, orang beli kacang ijo, Trus dia ga menyapa, ga ngeliat muka yang beli, ga mengucapkan terima kasih, apalagi masuk kepada detail tentang si A, si B, si C. Saya bilang tadi makin gede pasti perlu sistem, makin gede perlu teknologi, misalkan dia sudah punya ratusan apalagi belasan ribu pelanggan, siapa juga yang kenal. Tapi jangan sampe kemudian pekerjaan itu tidak dilakukan, misalkan gitu ya, oleh struktur organisasi swalayan itu hingga level bawah yakni kasir. Perhatian dari seorang owner, ya, haji Dwi perhatikan, ini ilmu banget, dan temen-temen semua yang hadir, semua kepala cabang PPPA, semua kemudian direktur daarul qur’an, dan siapapun yang kemudian mau mengambil manfaat. Ada kekuatan yang tidak dimiliki oleh yang paling bawah, di struktur organisasi yang kegedean, perusahaan yang kegedean, Yayasan yang kegedean, perhatikan ni kalimatnya baik-baik, ada kekuatan yang beda sekali jika perbuatan itu dilakukan oleh seseorang yang paling tinggi, tidak perlu semua, di random, dia zakkkk random. Misalkan saya dengan izin Allah saya main ke salah satu dari kalian semua. ya mana lah mungkin saya main satu-satu, karyawan di Ketapang dan sekitarnya saja ada 1300 karyawan, ga mungkin saya habis waktu juga kalo main terus ke rumah kalian semua. Tapi cukup main ke salah satu yang lagi perlu perhatian, itu 1300 orang akan Bahagia sekali, ngerasa nya ustad perhatian. Itu kekuatan yang tidak dimiliki ama orang yang maaf, paling bawah, dibanding dengan orang yang paling atas. Tapi atas akan kehilangan cinta tuh, bila saya tidak melakukan itu dan saya sudah merasakan itu, Saya tidak mampu menjangkau anda semua, maka siapa yang disayangi oleh Daarul Qur’an? It’s okay, kayak Rektor tadi, Rektor ga bisa cemburu bila dia lewat ga ada yang menyapa, tapi OB lewat disapa. Udahlah, gitu. Tapi kalau kemudian Rektor melakukan satu hal, dia tau yang paling hebat misalkan dengan izin Allah ada si tukang parkir ini dan dia tau, nanti tinggal mengikhlaskan diri ya, tidak untuk pujian, ngga ini memang diperlukan. To care to love more ini diperlukan. Maka yang harus dilakukan oleh sang Rektor adalah memanggil sang OB, itu cukup sudah. Sampai sini bisa dimengerti? Nabila ngerti? Lebay lah kalo seorang Rektor misalkan turun jadi tukang parkir, saya kira sih itu lebay, Tapi kemudian mengundang tukang parkir atau dia datang ke OB yang menjadi bintang atau lagi dapat attract dari keluarga besar itu akan membuat satu kampus gembira. Halo mas, sopo iki? Aku Rektor mu. Ah bercanda? Bercanda gimana, saya Rektor kamu ini. Serius pak? Kok Rektor telpon saya? Katanya seneng bulu tangkis. Nah dia udah mulai nih. Itu yang disebut dengan To love more, to care more. Lho kok bapak tau saya seneng bulu tangkis? Lho saya sudah beliin lho, nanti kamu ta jemput ya, kita main bulutangkis bareng. Percaya dah, itu cerita itu akan kemana-mana. Saya bilang kan sama ustad Sani, ustad Tarmidzi, ustad Jameel, Itu lakukan yang begitu, yang tidak bisa saya lakukan. Trus di slicing, dibagi-bagi. Nanti pembantu-pembantu Rektor kemana, ware-warek kemana, dekan-dekan kemana, wakil dekan kemana, nanti jadi puzzle gitu. Bukan sesuatu yang sifatnya politis, harus dari hati. Kalau nggak, ya ngga ngaruh juga. Tadi, dalam size yang kecil, warung. Datang nih orang beli pak, atau bu, kacang ijo nya dong. Berapa kilo neng? 2 kilo. Mama kamu sehat? Oh mama sehat, mama sudah sehat. Biasa mama ya yang beli, ini beberapa hari kamu yang beli. Aamiin ya doa saya buat mama, nih ya kacang ijo nya. Simple. Tapi itu membuat kemudian warung itu disenangi. Bukan lagi soal harga. Mau nanti disana kacang ijo lebih murah, ngga, disini aja. Saya tidak bisa misalkan hidup Bersama santri-santri sepanjang hari karena saya tidak disana dan cabang kita banyak sekali, tapi ketika kemudian saya hadir membawa es krim, peristiwa itu dalam rangka to love more to care more, Saya sendiri yang kemudian menaruh di roti nya, itu tuh yang harus kita lakukan, banyak ke dalem. Jadi ketika kita ada anggaran marketing apapun, coba anggaran marketing itu lebih ke dalam. Lalu ketika saya lagi berbicara tentang ini tentang ini kepada teman-teman tentang kemudian bagaimana kita ini ke dalem ke dalem. Pimpinan-pimpinan kemudian duduk Bersama bawahan-bawahan di setiap sel nya, bantuin saya dengan izin Allah subhahu wa ta’ala, dan ini udah sangat baik dilakukan oleh para pimpinan tinggal ini ada ilmu nya, sehingga kajian ini bahkan bisa menjadi bahan skripsi, sejauh mana sih misalkan pengaruh pisang goreng dalam kebahagiaan bertetangga, misalkan gitu. Eh jadi S1 buat anak-anak psikologi, buat anak-anak marketing. Mengetahui hal kecil itu akan mengubah banyak, ada seorang marketing datang ke suatu ruang kerja seorang bos, dia bawa sesuatu yang dia jual dan dia tau waktu bos berharga, jadi dia hanya dikasih couple minutes, beberapa menit saja. Bagaimana bisa jualan, Cuma dikasih beberapa menit? Masa Cuma bilang, pak ini air bagus ya, mau beli? Hahaha, Ga mungkin. Maka orang ini melakukan research, tentang siapa sih orang yang dia datangi. Nah, disinilah tugasnya semua insan daqu, memberikan informasi, digali. Bayangin coba berapa kali saya dengan izin Allah menyelamatkan anak yang pengen keluar. Gara-gara musyrif nya kemudian mengeskalasi persoalan ini dan tidak keburu keluar. Saya men top down, memanggil anak nya, Kenapa? Saya pengen jadi pengusaha. Mak nya diem bae. Iya, kamu boleh jadi pengusaha, tapi liat ustad, tahfizh dulu. Tapi saya sebelum datang kesono, atau mengundang anak ini datang, saya menggali lewat musyrif nya. Ini siapa sih pengusaha yang dia lihat sebagai sosok yang membuat dia pengen jadi pengusaha? Ternyata si Fulan, si Fulan yang saya kemudian tau sejarah si Fulan.

K.H. Yusuf Mansur

Related Posts
Leave a Reply

Your email address will not be published.Required fields are marked *

X